Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) telah berkembang pesat sejak diluncurkan pada 15 Agustus 2024. Hingga Agustus 2025, tercatat 5.905 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi di seluruh provinsi, melayani lebih dari 20 juta orang.
Dadan Hindayana, menambahkan, target Presiden adalah memperluas program ini agar pada akhir tahun 2025 dapat menjangkau 82,9 juta penerima manfaat, mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, balita, hingga anak sekolah.
"Program ini bukan sekadar intervensi gizi, tapi juga bagian dari strategi membangun tenaga kerja produktif menuju Indonesia Emas 2045," kata Dadan di acara Talkshow: Potret 1 Tahun BGN dalam Perjalanan Meningkatkan Kualitas Gizi Bangsa & Pameran Foto di Antara Heritage Center pada Selasa, 19 Agustus 2025.
Dalam peringatan satu tahun berdirinya BGN, Dadan menegaskan bahwa program makan bergizi gratis menjadi salah satu program prioritas nasional dengan alokasi dana puluhan triliun rupiah.
Selain membantu menurunkan angka stunting, program ini juga mendorong permintaan produk pangan lokal dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Perjalanan Satu Tahun Badan Gizi Nasional
Dalam pidatonya, Dadan mengenang awal berdirinya BGN yang penuh tantangan. Saat dilantik pada 19 Agustus 2024, BGN belum memiliki pegawai maupun infrastruktur.
"Saya dilantik sendirian, tanpa protokol, karena saat itu belum ada pegawai satu pun di Badan Gizi Nasional," ujarnya.
Namun, dalam setahun, BGN berkembang pesat dengan hampir 500 pegawai pusat, 33 ribu calon kepala SPPG, serta ratusan ribu relawan di lapangan. Keberadaan 5.905 SPPG yang tersebar di seluruh provinsi menjadi bukti percepatan pembangunan infrastruktur gizi nasional.
"Perkembangan cepat ini menunjukkan komitmen pemerintah menempatkan gizi sebagai pondasi pembangunan bangsa," tambah Dadan.
Selain berdampak pada kesehatan, program makan bergizi gratis juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Setiap SPPG bekerja sama rata-rata dengan 15 pemasok pangan, mulai dari beras, telur, ayam, sayur, buah, hingga susu.
"Satu SPPG bisa membutuhkan 200 kilogram beras, 3.000 telur, dan ratusan kilogram sayur serta buah setiap hari," kata Dadan.
Dampaknya, ribuan petani, peternak, dan pelaku usaha kecil ikut merasakan manfaat. Bahkan, banyak restoran dan katering beralih fungsi menjadi SPPG untuk melayani ribuan anak sekolah dan posyandu setiap hari.
Dampak Ekonomi dari Program Gizi
Menurut Dadan, perputaran uang dari program ini telah mencapai puluhan triliun rupiah. "Setiap rupiah yang dikeluarkan BGN memicu lima rupiah uang masyarakat yang beredar," katanya.
Untuk memastikan target Presiden tercapai, BGN mempercepat verifikasi mitra di daerah aglomerasi dan membentuk satgas khusus di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
"Kami ingin memastikan tidak ada satu pun anak Indonesia yang tertinggal dari akses gizi seimbang," kata Dadan. Program ini juga mencakup santri di pesantren dan anak-anak di sekolah keagamaan.
Dengan percepatan ini, Dadan berharap seluruh infrastruktur SPPG selesai pada akhir Oktober atau awal November 2025, sehingga distribusi penuh bisa dimulai sebelum akhir tahun.
Dadan optimistis bahwa program ini akan mencetak generasi sehat, cerdas, dan produktif, siap bersaing di kancah global pada 2045.