Biduran atau urtikaria bukanlah kondisi yang muncul begitu saja tanpa sebab. Saat tubuh bereaksi terhadap suatu pemicu, sel-sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah kecil. Akibatnya, timbul bentol, ruam merah, serta rasa gatal. Berikut beberapa penyebab umum biduran menurut NHS UK, ACAAI, dan AAD yang sering dialami banyak orang:
1. Alergi Makanan
Alergi makanan merupakan salah satu pemicu paling umum biduran. Jenis makanan yang sering memicu reaksi antara lain kacang tanah, kacang pohon (almond, kenari, mete), telur, susu sapi, kedelai, gandum, ikan, dan kerang. Reaksi bisa muncul dalam hitungan menit hingga jam setelah makanan dikonsumsi.
Pada beberapa kasus, hanya sedikit paparan saja sudah cukup memicu reaksi. Misalnya, seseorang yang alergi kacang bisa mengalami biduran hanya dengan menyentuh atau mencium bau kacang. Menurut ACAAI, alergi makanan sering menjadi penyebab biduran akut pada anak-anak, sementara pada orang dewasa pemicunya lebih sering berasal dari obat-obatan.
2. Obat-obatan Tertentu
Reaksi alergi terhadap obat juga kerap menimbulkan biduran. Antibiotik seperti penisilin dan sulfa, obat pereda nyeri seperti aspirin serta ibuprofen, merupakan pemicu yang umum. Selain memunculkan biduran, reaksi alergi obat dapat menimbulkan gejala serius seperti sesak napas, pusing, atau pembengkakan wajah.
Karena itu, penting bagi pasien untuk memberi tahu dokter riwayat alergi sebelum mengonsumsi obat. Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan uji kulit (skin test) untuk memastikan apakah suatu obat menjadi penyebab alergi.
3. Gigitan atau Sengatan Serangga
Sengatan lebah, tawon, semut api, atau gigitan nyamuk bisa memicu biduran pada sebagian orang. Reaksi ringan biasanya hanya berupa bentol kecil dan gatal. Namun, pada orang yang sangat sensitif, sengatan serangga bisa memicu reaksi alergi berat (anafilaksis) yang berbahaya.
Menurut AAD, reaksi alergi akibat gigitan serangga termasuk salah satu kondisi darurat medis, terutama bila disertai sesak napas atau pembengkakan tenggorokan. Pasien dengan riwayat alergi sengatan serangga sering kali disarankan membawa auto-injector epinefrin.
4. Faktor Lingkungan dan Fisik
Biduran juga bisa muncul akibat rangsangan fisik tertentu, yang disebut physical urticaria. Beberapa contoh pemicunya antara lain:
- Suhu dingin: Misalnya saat berenang di air es, atau terkena angin dingin. Kondisi ini disebut cold urticaria.
- Suhu panas dan keringat: Dikenal sebagai cholinergic urticaria, biasanya muncul saat tubuh kepanasan setelah olahraga, mandi air panas, atau bahkan saat cemas.
- Tekanan pada kulit: Disebut dermatographism atau pressure urticaria, terjadi akibat pakaian ketat, ikat pinggang, atau tas yang menekan kulit terlalu lama.
- Paparan sinar matahari: Dikenal dengan istilah solar urticaria. Meski jarang, reaksi bisa muncul hanya beberapa menit setelah kulit terkena sinar matahari. Pada umumnya, biduran jenis ini tidak berbahaya, tetapi cukup mengganggu karena sulit dihindari jika pemicunya berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Infeksi dan Penyakit Tertentu
Biduran tidak selalu muncul karena alergi. Menurut NHS UK dan ACAAI, infeksi virus seperti flu, hepatitis, mononukleosis, hingga COVID-19 bisa menimbulkan biduran sebagai salah satu gejala. Infeksi bakteri seperti radang tenggorokan (strep throat) dan infeksi saluran kemih juga dilaporkan dapat menjadi pemicu.
Selain itu, beberapa penyakit autoimun dan gangguan kelenjar tiroid sering dikaitkan dengan biduran kronis. Bahkan, dalam kasus langka, biduran bisa menjadi gejala awal penyakit serius seperti vasculitis (radang pembuluh darah) atau kanker. Oleh karena itu, biduran yang berlangsung lama perlu mendapat pemeriksaan medis mendalam.
6. Stres dan Faktor Emosional
Banyak orang tidak menyadari bahwa stres emosional dapat memicu biduran. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol dan memengaruhi sistem imun, yang pada sebagian orang berujung pada pelepasan histamin berlebih. Kondisi ini menyebabkan biduran muncul meski tidak ada alergi atau infeksi.
Fenomena ini dikenal dengan istilah stress-induced urticaria. Penderita biasanya menyadari biduran sering muncul pada saat beban kerja tinggi, cemas berlebih, atau kurang tidur. Menurut beberapa penelitian, terapi relaksasi, olahraga ringan, dan manajemen stres terbukti membantu mengurangi frekuensi kekambuhan.
7. Idiopatik (Tidak Diketahui Penyebabnya)
Meski sudah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, sekitar 30–50% kasus biduran kronis tetap tidak diketahui penyebab pastinya. Kondisi ini disebut chronic idiopathic urticaria. Menurut laporan medis, kondisi ini sering dialami perempuan berusia 20–40 tahun dan bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Meski tidak berbahaya, biduran idiopatik sangat mengganggu kualitas hidup karena rasa gatal dan bentol yang terus-menerus muncul. Terapi biasanya berfokus pada kontrol gejala dengan antihistamin jangka panjang.