Liputan6.com, Jakarta Hipertensi atau darah tinggi merupakan salah satu penyakit kronis paling umum di dunia dan dikenal sebagai silent killer karena seringkali tidak menunjukkan gejala jelas hingga terjadi komplikasi serius. Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 1,28 miliar orang dewasa di dunia hidup dengan kondisi hipertensi, namun sebagian besar tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan yang memadai.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 34% penduduk dewasa mengalami hipertensi. Angka ini meningkat setiap tahun seiring pola hidup tidak sehat, stres, dan konsumsi makanan tinggi garam. Kondisi ini menjadi penyebab utama penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal yang memerlukan penanganan intensif di rumah sakit.
Meskipun sering tanpa gejala, tubuh sebenarnya memberikan sinyal ketika tekanan darah meningkat. Sayangnya, banyak orang mengabaikan tanda-tanda awal ini sehingga penanganan menjadi terlambat. Mengenali gejala sejak dini sangat penting untuk mencegah kerusakan organ permanen.
Artikel ini merangkum tanda-tanda tubuh mengalami darah tinggi, penyebabnya, faktor risiko, hingga cara pengobatan dan pencegahan berdasarkan sumber terpercaya seperti Alodokter, buku Hypertension: Clinical Management (Elsevier), dan jurnal ilmiah The Lancet Hypertension.
Tanda-Tanda Darah Tinggi yang Sering Diabaikan
Hipertensi dikenal berbahaya karena sering tidak menimbulkan keluhan awal. Namun, beberapa gejala dapat muncul saat tekanan darah mencapai tingkat berbahaya:
- Sakit Kepala dan Pusing: Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat meningkatkan tekanan intrakranial, menyebabkan sakit kepala berat.
- Gangguan Penglihatan: Pandangan kabur atau ganda dapat menjadi tanda pembuluh darah mata terpengaruh.
- Mimisan dan Mual: Kondisi ini kerap muncul pada krisis hipertensi yang membutuhkan penanganan segera.
- Nyeri Dada dan Sesak Napas: Mengindikasikan jantung bekerja terlalu keras memompa darah.
- Denyut Jantung Tidak Teratur: Dapat menunjukkan hipertensi kronis yang sudah memengaruhi irama jantung.
Menurut American Heart Association (AHA), pemeriksaan rutin tekanan darah setiap tahun sangat disarankan untuk mendeteksi kondisi ini sejak dini.
Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi
Hipertensi dapat muncul tanpa penyebab jelas (primer) atau akibat penyakit lain (sekunder). Faktor risiko yang memicu kondisi ini meliputi:
- Riwayat keluarga dengan hipertensi
- Usia di atas 65 tahun
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Kurang aktivitas fisik dan pola makan tinggi garam
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan
- Penyakit penyerta seperti diabetes atau gangguan ginjal
Buku Hypertension and You menjelaskan bahwa faktor gaya hidup memiliki pengaruh besar dan dapat dimodifikasi untuk mencegah tekanan darah meningkat.
Dampak Hipertensi yang Tidak Diobati
Jika dibiarkan, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ vital. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
- Penyakit Jantung dan Stroke: Tekanan darah tinggi merusak arteri, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
- Gagal Ginjal: Kerusakan pembuluh darah ginjal dapat mengganggu fungsi filtrasi tubuh.
- Gangguan Penglihatan: Retinopati hipertensi dapat menyebabkan kebutaan permanen.
- Demensia Vaskular: Aliran darah ke otak yang terganggu memicu penurunan fungsi kognitif.
Penelitian di The Lancet Hypertension menunjukkan bahwa kontrol tekanan darah dapat mengurangi risiko stroke hingga 35% dan penyakit jantung hingga 25%.
Cara Mendiagnosis Darah Tinggi
Diagnosis hipertensi dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah menggunakan sphygmomanometer. Kategori hasil pemeriksaan meliputi:
- Normal: <120/80 mmHg
- Meningkat: 120–129/<80 mmHg
- Hipertensi Tingkat 1: 130–139/80–89 mmHg
- Hipertensi Tingkat 2: ≥140/≥90 mmHg
- Krisis Hipertensi: ≥180/≥120 mmHg
Dokter juga dapat melakukan tes tambahan seperti pemeriksaan darah, urine, elektrokardiogram (EKG), atau USG ginjal untuk menilai kerusakan organ akibat hipertensi.
Pengobatan dan Perubahan Gaya Hidup
Penanganan hipertensi meliputi kombinasi pengobatan medis dan perubahan pola hidup:
- Obat Antihipertensi: Seperti ACE inhibitor, ARB, beta-blocker, diuretik, atau antagonis kalsium sesuai resep dokter.
- Diet Sehat: Konsumsi buah, sayur, dan makanan rendah lemak serta membatasi garam hingga 1 sendok teh per hari.
- Olahraga Rutin: Aktivitas fisik 30 menit sehari seperti jalan cepat atau bersepeda.
- Manajemen Stres: Yoga, meditasi, dan teknik relaksasi dapat membantu menurunkan tekanan darah.
- Hentikan Kebiasaan Buruk: Berhenti merokok dan membatasi alkohol serta kafein.
Pengobatan biasanya perlu dilakukan seumur hidup dengan pemantauan tekanan darah secara berkala.