Liputan6.com, Jakarta Banyak orang masih keliru membedakan antara muka berminyak dan muka lembap, padahal keduanya punya karakteristik dan kebutuhan perawatan yang sangat berbeda. Kulit berminyak biasanya disebabkan oleh produksi sebum berlebih, yang bisa memicu jerawat dan tampilan wajah kusam. Sementara itu, kulit lembap justru menunjukkan kondisi kulit yang sehat, terhidrasi, dan seimbang tanpa tampak mengilap berlebihan.
Kesalahan dalam mengenali jenis kulit bisa membuat kita memilih produk yang tidak tepat—misalnya menggunakan toner astringen untuk kulit lembap yang justru butuh kelembapan, atau memakai pelembap berat untuk kulit berminyak yang makin menyumbat pori. Dalam artikel ini, kamu akan menemukan perbedaan utama antara kulit berminyak dan lembap, serta tips merawat masing-masing agar kulit tetap sehat dan terawat dengan benar.
Kenali Dulu Kulit Berminyak vs Kulit Lembap
Salah satu kesalahan paling umum dalam perawatan wajah adalah menganggap kulit berminyak dan kulit lembap sebagai hal yang sama. Banyak orang melihat wajah yang mengilap lalu beranggapan bahwa kulit mereka sudah cukup terhidrasi, padahal belum tentu demikian. Kulit berminyak adalah kondisi di mana kelenjar sebasea (penghasil minyak) di kulit memproduksi sebum secara berlebihan. Akibatnya, wajah tampak licin, mudah mengilap, dan sering kali memicu masalah seperti komedo, pori-pori besar, serta jerawat.
Sementara itu, kulit lembap atau terhidrasi menunjukkan bahwa kadar air dalam lapisan kulit, khususnya di epidermis, terjaga dengan baik. Ciri kulit lembap antara lain terasa kenyal saat disentuh, tampak halus, tidak mudah iritasi, dan memiliki kilau sehat yang tidak berlebihan. Menurut Northwest Dermatology Institute, kulit berminyak lebih rentan terhadap jerawat karena produksi sebum yang tinggi, sedangkan kulit lembap cenderung stabil dan lebih tahan terhadap gangguan eksternal seperti polusi atau perubahan cuaca.
Muka Berminyak: Ciri, Penyebab, dan Dampaknya
Kulit berminyak biasanya ditandai dengan tampilan mengilap di area T-zone (dahi, hidung, dagu), pori-pori yang tampak besar, dan sering kali disertai jerawat, terutama jika tidak dibersihkan secara optimal. Produksi minyak berlebih ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, perubahan hormon (misalnya saat pubertas atau menjelang menstruasi), stres, cuaca panas, hingga penggunaan skincare yang terlalu keras atau tidak sesuai jenis kulit. Kulit berminyak juga sering terasa berat dan licin beberapa jam setelah mencuci muka, terutama jika tidak diberi produk pelembap yang tepat.
Dr. Ellen Marmur, dermatolog ternama dari New York, dalam wawancara bersama NewBeauty, menekankan bahwa sebum atau minyak alami bukan indikator kelembapan kulit. Bahkan, kulit berminyak bisa dalam kondisi dehidrasi—yakni kekurangan kadar air dalam kulit—yang justru memicu kelenjar minyak bekerja lebih keras untuk menyeimbangkannya. Inilah yang sering menimbulkan lingkaran masalah: semakin dehidrasi kulitnya, semakin berminyak permukaannya. Maka, menghindari pelembap bagi pemilik kulit berminyak justru akan memperparah kondisi tersebut.
Muka Lembap: Ciri, Manfaat, dan Faktor Pendukung
Kulit yang lembap bukan hanya tampak sehat dari luar, tetapi juga menandakan kondisi skin barrier yang optimal. Ciri-ciri kulit lembap antara lain terasa kenyal, elastis, lembut, tidak kaku atau tertarik, serta tampak bercahaya secara natural tanpa minyak berlebihan. Kondisi ini sangat diidamkan karena kulit yang terhidrasi dengan baik lebih tahan terhadap iritasi, penuaan dini, dan masalah kulit seperti kemerahan atau breakout. Kulit lembap juga membantu kinerja skincare lainnya menjadi lebih efektif karena penyerapan produk lebih optimal saat permukaan kulit tidak kering.
Menurut Novis Dermatology, kelembapan kulit erat kaitannya dengan kadar air, bukan kadar minyak. Kulit bisa terlihat matte tapi tetap sehat dan lembap jika memiliki cukup cairan di lapisan kulitnya. Mereka menegaskan bahwa kelembapan bukan sekadar sensasi lembut saat disentuh, tapi mencerminkan fungsi pelindung kulit yang bekerja maksimal dalam menjaga tubuh dari paparan eksternal seperti sinar UV, debu, dan bakteri.