Yerusalem (ANTARA) - Israel, Senin (18/8) menyatakan akan mengirim bantuan kemanusiaan ke Sudan Selatan, sementara Tel Aviv tetap memberlakukan blokade ketat di Jalur Gaza yang membuat penduduknya terancam kelaparan.
Dalam pernyataan yang disiarkan Radio Militer, otoritas Luar Negeri Israel menyebutkan akan memberikan bantuan darurat ke Sudan Selatan menyusul wabah kolera yang merebak sejak September 2024.
Penyiar publik Israel, KAN, melaporkan pengumuman itu muncul di tengah kabar adanya pembahasan dengan Sudan Selatan terkait kemungkinan pemindahan warga Gaza ke wilayah negara tersebut, meski pemerintah Juba membantah adanya kesepakatan semacam itu.
Harian Israel Hayom menulis paket bantuan yang diawasi kepala otoritas Luar Negeri Gideon Saar mencakup pasokan medis dasar, peralatan pemurnian air, dan paket makanan.
Pengumuman ini menarik perhatian karena Israel menutup seluruh perlintasan Gaza sejak 2 Maret, sehingga konvoi kemanusiaan tidak dapat masuk kecuali dalam jumlah terbatas yang jauh dari kebutuhan sebenarnya.
Sejumlah kelompok hak asasi dan pejabat PBB berulang kali menuduh Israel dengan sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata perang terhadap penduduk Gaza.
Bulan lalu, Saar menjamu Menteri Luar Negeri Sudan Selatan Mundi Samaia Kumba di Yerusalem dan menyampaikan terima kasih atas dukungan negara tersebut kepada Israel. Dalam kunjungan itu, Kumba juga meninjau permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Media asing sebelumnya melaporkan Sudan Selatan sempat memberikan persetujuan awal untuk menerima warga Palestina yang terusir dari Gaza dengan imbalan investasi Israel. Namun pemerintah Juba kemudian membantahnya dan menyebut klaim itu tidak berdasar.
Pada Senin, Amnesty International menuduh Israel menjalankan “kampanye kelaparan yang disengaja” di Gaza serta “secara sistematis menghancurkan kesehatan, kesejahteraan, dan kehidupan sosial masyarakat Palestina.”
Sejak Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 61.900 warga Palestina di Gaza. Operasi militer tersebut menghancurkan wilayah itu dan membawa warganya ke ambang kelaparan.
November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional terkait perang di wilayah tersebut.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Gaza darurat: 251 tewas Karena kelaparan, 110 di antaranya anak
Baca juga: Krisis Gaza memburuk, produksi makanan di dapur umum turun drastis
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.