Sydney (ANTARA) - Lapisan karang keras di Great Barrier Reef di Australia berkurang drastis, kembali ke tingkat rata-rata jangka panjang setelah mencapai rekor tertinggi baru-baru ini, menurut sebuah laporan yang dirilis pada Rabu.
Temuan tersebut menyoroti adanya volatilitas baru dalam kesehatan karang, menurut laporan survei tahunan Institut Ilmu Kelautan Australia (Australian Institute of Marine Science/AIMS) tentang sistem terumbu karang terbesar di dunia yang terletak di lepas pantai Queensland, Australia tersebut.
Laporan itu menyebutkan Great Barrier Reef telah mengalami penurunan tahunan terbesar dalam hal lapisan karang di dua dari tiga wilayahnya sejak AIMS memulai pemantauan 39 tahun yang lalu.
Menurut laporan itu, penurunan tersebut terutama disebabkan oleh tekanan hawa panas yang dipicu oleh perubahan iklim akibat peristiwa pemutihan (bleaching) massal pada 2024 serta kerusakan akibat badai siklon dan wabah bulu seribu (crown-of-thorns starfish).
Menurut AIMS, lapisan karang menurun sekitar 25 persen di area utara, hampir 14 persen di area tengah, dan sekitar sepertiga di area selatan, yang mengalami pemutihan parah untuk pertama kalinya.
Pemimpin Program Pemantauan Jangka Panjang (Long-Term Monitoring Program/LTMP) AIMS Mike Emslie mengatakan dalam 15 tahun terakhir, lapisan karang keras menjadi lebih tidak stabil, berfluktuasi dengan cepat di antara level terendah dan tertinggi yang pernah tercatat, menunjukkan ekosistem tersebut mengalami tekanan.
Terumbu karang yang didominasi oleh spesies Acropora, yang dikenal karena pertumbuhannya yang cepat, namun memiliki kerentanan yang tinggi, menjadi salah satu yang paling terdampak, "karena terumbu karang itu rentan terhadap tekanan hawa panas, badai siklon, dan menjadi makanan favorit bulu seribu," kata Emslie.
LTMP AIMS 2025 melakukan survei terhadap 124 terumbu karang pada Agustus 2024 hingga Mei 2025, dan menemukan bahwa sebagian besar terumbu karang memiliki lapisan karang keras sebesar 10-30 persen, 33 terumbu karang memiliki 30-50 persen, dua terumbu karang mencatat lebih dari 75 persen, dan dua terumbu karang memiliki kurang dari 10 persen.
CEO AIMS Selina Stead mengatakan temuan tersebut dengan solid menunjukkan bagaimana pemanasan laut akibat perubahan iklim menyebabkan kerusakan yang signifikan dan cepat pada komunitas terumbu karang di Great Barrier Reef.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.