Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri RI Arif Havas Oegroseno menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memulai pengembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), terutama melalui pendanaan dan dukungan awal terhadap riset dan inovasi.
“Pemerintah memiliki sumber daya untuk mendanai pengembangan AI. Jika pemerintah bisa memfasilitasi para ahli untuk duduk bersama dan mengembangkan algoritma AI, maka pelaku industri, termasuk pengembang gim, akan lebih mudah berkontribusi di tahap selanjutnya,” ujar Havas saat membuka simposium “Exploring the Global South: Epistemologies, Development Pathways, and Research Network” yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jakarta, Kamis (7/8).
Dalam forum tersebut, Havas membagikan pengalamannya berdiskusi dengan para pengembang gim di Indonesia mengenai potensi pemanfaatan AI di industri kreatif dan mengapa para pengembang gim itu tidak membangun AI.
Menurut Wamenlu, Indonesia merupakan negara yang cukup maju dalam pengembangan gim, memiliki ekosistem gim yang berkembang pesat, serta memiliki ratusan perusahaan yang menyediakan jasa pengembangan gim untuk pasar lokal, regional, dan global.
Namun, dalam diskusi itu, para pengembang menyatakan bahwa kendala utama dalam membangun AI bukan terletak pada kemampuan teknis, melainkan pada keterbatasan dana dan waktu.
“Para pengembang gim menyampaikan bahwa mereka tidak membangun AI bukan karena sulit, tetapi karena tidak ada dana. Mereka fokus pada pengembangan gim yang bisa langsung menghasilkan pendapatan,” jelas Havas.
Ia menambahkan bahwa pengembangan AI membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis. Dibutuhkan dedikasi, waktu, dan investasi berkelanjutan yang idealnya diawali oleh pemerintah sebagai motor penggerak awal inovasi nasional.
“Karena orang ini (para pengembang gim) ingin menghasilkan uang dari pengembangan gim. Mereka tidak punya waktu untuk melakukan sesuatu seperti AI,” ujar Havas.
Havas pun menggarisbawahi bahwa pengembangan AI tidak hanya terbatas terkait pembiayaan, tetapi juga mengenai dedikasi waktu untuk mengembangkan AI tersebut.
Simposium “Exploring the Global South” merupakan bagian dari rangkaian kegiatan PARETO 2025, sebuah forum tahunan yang diselenggarakan oleh Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat BRIN.
Acara ini mempertemukan akademisi, ekonom, pembuat kebijakan, dan praktisi pembangunan dari berbagai negara di kawasan Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Perwakilan negara-negara anggota BRICS dan ASEAN juga turut hadir, membawa perspektif kawasan yang memperkuat semangat solidaritas serta kerja sama Selatan-Selatan dalam membangun masa depan bersama.
Baca juga: Wamenlu: Negara berkembang perlu kembangkan metode hitung harga karbon
Baca juga: PCO: RI punya peran dan posisi yang unik dalam memajukan Global South
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.