Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka memperingati World Breastfeeding Week 2025, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat menyusui. Salah satu fakta menarik yang perlu diketahui adalah bahwa ASI dari ibu dengan latar belakang ekonomi rendah ternyata dapat meningkatkan kecerdasan anak.
Sebuah studi yang menganalisis hampir 6.000 anak di Inggris menunjukkan bahwa menyusui memberikan dampak yang baik pada kemampuan berpikir. Anak-anak yang disusui selama minimal tiga bulan mengalami peningkatan 8% dalam tes kemampuan kognitif hingga usia tujuh tahun, dibandingkan mereka yang diberi susu formula.
ASI bukan hanya soal nutrisi dasar, tetapi juga persiapan seorang anak dalam bidang akademik di usia dini. Diketahui bahwa anak-anak yang rutin mendapat ASI akan lebih siap untuk masuk sekolah dasar, terutama kemampuan memahami instruksi, kemampuan bahasa, dan menggambar.
Berdasarkan American Economic Journal: Applied Economics, efek ASI terhadap kemampuan berpikir anak memang masih jarang diteliti secara mendalam, khususnya pada kelompok masyarakat dengan pendidikan rendah. Banyak riset yang hanya berfokus pada manfaat ASI dari sisi kesehatan fisik bayi saja, seperti meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan risiko infeksi.
Para peneliti juga menyebutkan bahwa anak-anak usia tiga tahun yang mendapat ASI mencetak skor rata-rata hampir 10 persen lebih tinggi dalam tes "bahasa ekspresif" dan lebih dari 8 poin dalam tes kesiapan sekolah. Peningkatan ini konsisten terlihat pada tes lanjutan di usia lima tahun.
Dapat disimpulkan bahwa efek menyusui sangat kuat dalam pengembangan kecerdasan anak-anak walaupun sang ibu tidak menyelesaikan pendidikan formal hingga usia 17 tahun. Temuan ini menjadi bukti yang kuat bahwa menyusui dapat mengurangi kesenjangan pendidikan dan sosial.
ASI Berperan Sangat Penting bagi Pertumbuhan Anak
Menyusui menjadi salah satu bentuk kasih sayang paling sederhana dari seorang ibu yang berdampak besar bagi anak. Kadang, anak-anak dari keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah sering menghadapi berbagai hambatan dalam tumbuh kembang mereka.
Misalnya, dalam stimulasi kognitif dan akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Akibat kurangnya ekonomi, mereka kesulitan untuk memenuhi perkembangan yang layak.
Namun, para orangtua tidak perlu khawatir karena dengan adanya ASI yang menjadi "bekal awal" akan mendorong pertumbuhan anak-anak dengan lebih baik. Ini didukung dengan hasil studi bahwa menyusui selama tiga bulan atau lebih berdampak pada kemampuan belajar mereka.
Selain itu, menyusui dapat mempererat hubungan emosional antara ibu dan anak. Sehingga, ini akan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan otak.
Bagi keluarga dengan sumber daya terbatas, aktivitas menyusui bisa menjadi satu-satunya bentuk interaksi yang mendalam. Dengan kata lain, manfaat ASI bukan hanya tentang kandungan zat gizinya, tetapi juga langkah yang bijak untuk mendukung tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Hambatan Sosial dan Struktural
Meskipun manfaat menyusui sudah terbukti, tidak semua ibu memiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya.
Studi menunjukkan ibu-ibu dengan tingkat pendidikan rendah lebih jarang berhasil menyusui. Alasannya karena minimnya tenaga medis yang bisa memberikan dukungan dan bimbingan di waktu tersebut.
Faktor sosial lain adalah tingkat dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI. Pengetahuan tentang manfaat ASI adalah hal yang penting bagi seorang ibu. Ini akan memberikan kesadaran dan dorongan yang positif untuk memberikan ASI secara rutin.
Survei di Inggris menunjukkan bahwa hanya 30% perempuan yang berhenti sekolah di usia 17 atau 18 tahun menyusui anak mereka selamat empat bulan atau lebih, dibandingkan 56% pada mereka yang melanjutkan pendidikan setelah usia 18.
Artinya, informasi dan akses sangat menentukan keberhasilan menyusui. Tanpa dukungan yang tepat, ibu dari kalangan kurang mampu lebih cepat menyerah dan beralih ke susu formula.
Dukungan Tenaga Medis
Royal College of Midwives di Inggris menyerukan peningkatan dukungan menyusui di seluruh sistem layanan kesehatan. Mereka menekankan bahwa manfaat menyusui memberi manfaat bagi kesehatan bayi dan ibu.
Sayangnya, krisis kekurangan bidan yang terjadi di Inggris dan sejumlah wilayah lain telah menyulitkan pemberian dukungan ini. Akibatnya, risiko ketidaksetaraan semakin tinggi.
Pemberian ASI memang tidak selalu menjadi pilihan untuk semua ibu. Tetapi, yang terpenting adalah memastikan bahwa semua perempuan harus memiliki akses yang sama terhadap informasi dan bantuan terlepas dari latar belakangnya.
Dukungan untuk menyusui bagi para ibu bisa memberikan dampak positif secara optimal. Ini juga sebagai persiapan untuk masa depan pendidikan anak-anak mereka.