PIMPINAN tiga satuan elite Tentara Nasional Indonesia bakal naik tingkat. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Korps Marinir TNI Angkatan Laut dan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara akan dipimpin oleh perwira tinggi berpangkat bintang tiga.
Selama ini, ketiga satuan itu dipimpin oleh perwira tinggi berpangkat bintang dua. Perubahan ini menjadi tonggak baru dalam sejarah panjang masing-masing korps yang dikenal sebagai ujung tombak operasi khusus TNI di darat, laut, dan udara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peresmian struktur baru itu akan dilakukan dalam Upacara Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer di Pusdiklatpassus, Batujajar, Jawa Barat, Ahad, 10 Agustus 2025. Dalam acara tersebut, akan dilantik Pangkopassus, Pangkormar dan Pangkorpasgat secara resmi.
Jejak panjang Kopassus
Kopassus lahir dari kekalahan. Pada 1950, pasukan reguler TNI yang dikirim untuk menghadapi gerilyawan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon justru banyak berguguran. Kolonel A.E. Kawilarang, yang kala itu menjabat Panglima Teritorium III, menyadari pentingnya pasukan khusus yang lincah, cepat dan terlatih untuk medan non-konvensional.
Lewat Instruksi Panglima Nomor 55/Instr/PDS/52, Kawilarang membentuk Kesatuan Komando Teritorium III, cikal bakal Kopassus. Nama satuan ini kemudian berganti-ganti: Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), hingga resmi menjadi Komando Pasukan Khusus pada 1985.
Kini, struktur organisasi Kopassus terdiri dari lima grup: Grup 1 dan 2 Para Komando di Serang dan Kartasura, Grup 3 Pendidikan di Batujajar, serta Grup 4 Sandi Yudha dan Grup 5 Anti Teror di Cijantung. Rencana pembentukan jabatan Pangkopassus membuka jalan ekspansi lebih lanjut dalam organisasi elit TNI AD ini.
Marinir: ujung tombak laut
Korps Marinir TNI AL tak bisa dilepaskan dari denyut revolusi. Didirikan pada 15 November 1945 dengan nama Corps Mariniers di bawah Armada IV Tegal, pasukan ini tumbuh menjadi kekuatan utama operasi laut TNI.
Transformasi penting terjadi pada 1948 ketika nama satuan diubah menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL). Di masa itu, Marinir menjadi tulang punggung operasi militer dari Trikora hingga Dwikora. Setelah sempat diredam pasca-1965, kekuatan ini kembali bangkit dalam bentuk baru pada 1975 dengan nama Korps Marinir.
Restrukturisasi besar-besaran terjadi di dekade 2000-an. Pasmar-1 dibentuk di Surabaya, Pasmar-2 di Jakarta, dan Pasmar-3 di Sorong—yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2018. Perubahan itu memantapkan posisi Korps Marinir sebagai Komando Utama Operasi TNI.
Tak hanya ditugaskan dalam operasi militer, Marinir berperan dalam operasi kemanusiaan, pengamanan laut dan pantai, serta penanggulangan bencana. Pengukuhan jabatan Pangkormar sebagai jenderal bintang tiga memperkuat posisi Korps Marinir dalam peta kekuatan pertahanan nasional.
Kopasgat: Sayap elite TNI AU
Dulu dikenal sebagai Korpaskhas, Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) adalah kekuatan TNI AU yang tak hanya jago di udara, tapi juga mumpuni di darat dan laut. Nama Kopasgat kembali dihidupkan lewat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep 66/I/2022, yang menandai semangat pembaruan satuan elit ini.
Setiap prajurit Kopasgat wajib memiliki kualifikasi para-komando sebelum ditugaskan di berbagai spesialisasi: dari pengendalian pangkalan, pertempuran darat, hingga penerjunan pasukan. Tapi yang membedakan Kopasgat dari satuan elite lainnya adalah tanggung jawab uniknya: merebut dan mengoperasikan pangkalan udara musuh—dikenal sebagai OP3U.
Sejarah Kopasgat bermula pada Oktober 1947 saat 13 penerjun TNI AU diterjunkan ke Kalimantan dalam operasi rahasia dengan misi membangun jaringan gerilya dan stasiun radio. Itu adalah operasi lintas udara pertama yang dilakukan TNI dan menjadi fondasi keberadaan pasukan elit matra udara. Kini, Kopasgat memiliki sejumlah satuan utama, termasuk Detasemen Bravo 90—unit antiteror andalan TNI AU.