Jakarta, CNBC Indonesia - Perang saudara di Sudan makin menjadi. Serangan paramiliter Sudan menewaskan sedikitnya 14 warga sipil yang mencoba melarikan diri dari kota yang terkepung di Darfur, akhir pekan kemarin.
Perang saudara sudah pecah selama lebih dari 27 bulan di negeri itu. Pertempuran melibatkan tentara Sudan melawan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Emergency Lawyers, yang mendokumentasikan kekejaman dalam perang, mengatakan bahwa puluhan warga lainnya terluka dan sejumlah warga sipil ditahan. Peristiwa itu sendiri secara rinci terjadi di pinggiran kota El-Fasher, di wilayah Darfur barat.
"Dalam beberapa hari terakhir, RSF telah melancarkan serangan terbarunya di El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara yang telah mereka kepung sejak Mei 2024. Namun, mereka belum berhasil mereka rebut dari tangan tentara," tulis AFP, dikutip Selasa (5/8/2025).
"Saya meminta Anda untuk meninggalkan El-Fasher dan menuju Qarni, gerbang barat laut kota, di mana pasukan kami dan pasukan aliansi Tasis berada dan akan menjamin keselamatan Anda," kata Gubernur Darfur yang ditunjuk RSF, Al-Hadi Idris, meminta evakuasi warga, dalam pidato video merujuk aliansi politik yang dipimpin RSF yang berbasis di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan.
PBB telah berulang kali memperingatkan tentang penderitaan ratusan ribu warga sipil yang terjebak di El-Fasher tanpa bantuan atau layanan apa pun. Hal ini membuat negara itu berada dalam krisis pangan yang hebat.
Sejak April 2023, perang antara tentara dan RSF telah menewaskan puluhan ribu orang. Perang memecah belah negara dan menciptakan apa yang disebut PBB sebagai krisis kelaparan dan pengungsian terbesar di dunia.
Jika RSF berhasil merebut El-Fasher, mereka akan menguasai seluruh wilayah barat Sudan yang luas. Mulai dari Darfur hingga sebagian besar wilayah selatan negara itu.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Perang Saudara Menggila di Negara Ini, Istana Presiden Diperebutkan