INFO NASIONAL - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar Kongres Nasional ke-6 di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta Selatan, Badung, Bali, pada Jumat, 1 Agustus 2025. Dalam forum tersebut, Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP untuk periode kepemimpinan 2025–2030.
Tidak ada proses pemilihan dalam kongres ini. Ketua Steering Committee Kongres VI PDIP, Komarudin Watubun menjelaskan, pengukuhan Megawati dilakukan lantaran telah ditetapkan sebagai Ketua Umum pada Rapat Kerja Nasional sebelumnya. "Karena sudah terpilih sebelumnya, jadi tinggal pengukuhan dengan mengambil sumpah dan resmi menjabat," ujar Komarudin. Setelah pengukuhan, Megawati akan menyusun struktur kepengurusan DPP PDIP periode 2025–2030.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksanaan Kongres VI PDIP seharusnya berlangsung pada 2024, mengingat kongres lima tahunan yang terakhir berlangsung pada 2019. Pemilu Presiden dan Pilkada serentak pada 2024 membuat penyelenggaraan kongres ditunda. Rencana semula, kongres PDIP akan diadakan pada April 2025. Jadwal itu terealisasi pada 1 Agustus 2025.
Sebelum kongres, PDIP lebih dulu menggelar Bimbingan Teknis atau Bimtek bagi anggota legislatif Fraksi PDIP pada 30 Juli 2025 di The Meru and Bali Beach Convention Center, Sanur, Denpasar, Bali. Kegiatan ini dihadiri sekitar 3.200 kader dari berbagai tingkatan legislatif, yakni DPR RI, DPRD provinsi, hingga DPRD kabupaten/kota.
Bimtek diisi materi-materi strategis, seperti penguatan fraksi, penyusunan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), serta strategi komunikasi politik di daerah. Tujuannya, membentuk kesatuan visi antara struktur partai dan kader di lembaga legislatif, terutama dalam mengawal program-program pemerintah agar bermanfaat bagi masyarakat.
Saat membuka bimtek, Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PDIP Bidang Politik, Puan Maharani mengingatkan agar kader PDIP harus semakin dekat dengan wong cilik dan anak muda. "Kita harus dapat melakukan kerja-kerja politik yang nyata untuk tetap eksis sebagai partainya rakyat kecil dan anak muda," ujar Puan.
Megawati diapit putra putrinya, yakni Puan Maharani dan M. Prananda Prabowo sebelum mengikuti Kongres Nasional ke-6 PDIP di Bali pada Jumat, 1 Agustus 2025. Dok. Instagram Puan Maharani
Puan menilai kerja politik yang hanya mengandalkan simbol atau retorika kini tidak lagi cukup. "Kita tidak cukup hanya bermodalkan teriak-teriak ‘Merdeka!’ lalu rakyat akan memilih PDIP," katanya. "Kita harus punya kerja politik di setiap tingkatan dan komunitas dengan cara-cara yang sesuai dengan zaman, lingkungan, dan budaya."
Yang juga penting adalah soliditas partai. Puan melanjutkan, kader partai boleh memiliki latar belakang yang beragam, namun tidak boleh berbeda haluan dalam perjuangan. "Kita tidak boleh berbeda tujuan, dan tidak boleh berbeda kepemimpinan ideologi. Kita harus solid dalam satu barisan yang dipimpin oleh Ibu Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri," ujar Puan.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membakar semangat peserta bimtek melalui pidatonya. Megawati menegaskan, sebagai orang partai politik, perjuangan tidak akan pernah berhenti selama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri.
"Ini amanat besar. Bukan hanya kepada saya pribadi, tetapi untuk seluruh jajaran partai," kata Megawati. "Sebagai orang partai, perjuangan kita tidak akan selesai sepanjang NKRI harus tetap ada."
Presiden kelima RI itu mengingatkan pentingnya soliditas kader di semua tingkatan dan mengajak seluruh anggota legislatif PDIP untuk turun ke masyarakat. Megawati mengutip ajaran Bung Karno bahwa partai politik adalah tiang negara yang harus dijaga agar tetap kokoh. “Kalau tiangnya rapuh, negara bisa runtuh. Kita pernah dijajah 3,5 abad, apa kita mau dijajah lagi? Jangan! Karena penjajahan itu sakit sekali," katanya.
Megawati menekankan pentingnya disiplin organisasi dan gotong royong di tubuh partai. Dia meminta para kader untuk selalu mematuhi keputusan partai dan tidak terjebak pada kepentingan pribadi yang dapat melemahkan kekuatan kolektif. "Partai ini harus semakin besar, jangan malah mengecil. Kalian harus merasa sebagai satu keluarga, bergotong-royong. Kalau bergotong royong begitu, rakyat akan ikut bersama kita," ujar Megawati.
Menjelang kongres, Puan Maharani mengunggah foto kebersamaannya dengan Megawati dan Prananda Prabowo di akun Instagram resminya. Dalam foto itu, mereka tersenyum menghadap kamera. Prananda dan Puan mengapit Megawati lalu mencium pipi sang ibu. Unggahan ini menunjukkan kehangatan sekaligus menjawab isu keretakan dalam keluarga politik PDIP.
Kebersamaan Megawati dan kedua anaknya juga tampak dalam acara bimtek. Saat tiba di lokasi, Megawati disambut oleh Puan dan Prananda. Mereka bertiga berjalan bersama menuju arena utama, memperlihatkan kekompakan keluarga trah Soekarno dalam peristiwa penting partai. Prananda merangkul bahu Puan dan berbincang, sembari Puan menggenggam tangan Megawati yang berjalan di sampingnya.
Amnesti Hasto Kristiyanto
Bersamaan dengan berlangsungnya bimtek yang berlanjut dengan kongres ke-6 PDIP di Bali, Presiden Prabowo Subianto memberikan amnesti kepada Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan mendapat persetujuan dari DPR. Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman terhadap orang yang melakukan tindakan pidana. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis Hasto dengan hukuman 3,5 tahun penjara dalam kasus suap yang berkaitan dengan dugaan korupsi Harun Masiku.
Bendahara Umum PDIP, Olly Dondokambey. Dok. PDIP
"Pemberian persetujuan dan pertimbangan atas Surat Presiden Nomor R42/PRES/07/2025 tanggal 30 Juli 2025 tentang amnesti terhadap 1.116 terpidana diberikan amnesti, termasuk saudara Hasto Kristiyanto," kata Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad seusai rapat konsultasi antara DPR RI dan pemerintah di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, pada Kamis malam, 31 Juli 2025.
Beberapa saat kemudian, Dasco mengunggah foto pertemuannya dengan Megawati Soekarnoputri; Ketua DPR RI, Puan Maharani; Ketua DPP PDIP yang juga putra Megawati, M. Prananda Prabowo; dan Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi. "Merajut tali kebangsaan dan persaudaraan," tulis Dasco di akun Instagramnya. Tidak dijelaskan secara detail kapan dan di mana pertemuan tersebut berlangsung. Puan Maharani juga mengunggah gambar yang sama di akun Instagramnya.
Ketua DPD PDIP Sulawesi Utara, Olly Dondokambey menyatakan dukungan penuh atas amnesti yang diberikan Presiden Prabowo Subianto kepada Hasto Kristiyanto. Dia menganggap langkah tersebut sebagai cermin kenegarawanan sejati. "Presiden Prabowo menunjukkan diri sebagai pemimpin yang mengutamakan kepentingan bangsa di atas fragmentasi politik," ujar Olly.
Olly mengimbau seluruh kader PDIP -yang dia sebut “warga banteng", untuk taat pada sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang konsisten menjaga keutuhan bangsa. Menurut dia, pertemuan antara Megawati dengan elite Gerindra di Bali menjadi simbol bahwa sekat politik praktis telah dilampaui. "Prabowo dan Megawati adalah dua tokoh nasional yang kini berdiri di atas satu panggung: panggung persatuan," katanya. (*)