TEMPO.CO, Badung - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan anggota partai banteng tidak boleh menjadikan PDIP sebagai tempat berlindung dari kesalahan. Selain itu, partai juga tidak boleh dijadikan arena mencari kekuasaan maupun kekayaan pribadi.
Dia mewanti-wanti kader partai banteng bahwa perjalanan politik tidak instan. Menurut perempuan yang baru dikukuhkan kembali memimpin partai banteng periode 2025-2030 ini, menjadi kader partai harus disertai kecerdasan, kesiapan, dan komitmen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab perjalanan politik memang memiliki konsekuensinya. “Jadi, jangan hanya instan. Kalau sudah jadi dan sudah buat sesuatu, lalu berpikir urusan lain, tidak bisa begitu. Orang-orang partai harus cerdas, harus pintar, dan pandai bergaul,” ujar Megawati dalam pidato penutupan Kongres VI PDIP, di Bali Nusa Dua Convention Center, Kuta Selatan, Badung, Bali, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Megawati kemudian menyinggung perjalanan sang ayah, presiden pertama Soekarno, dalam dunia politik. Dia mengajak peserta kongres untuk membaca buku Bung Karno. “Beliau mulai berpolitik umur 16 tahun, dan kerjaannya hanya keluar masuk penjara, selalu dibuang ke mana-mana. Sebenarnya untuk apa coba? Kok mau seperti itu?” ucap Megawati.
Megawati menilai itu sebagai pengorbanan yang dilandasi oleh idealisme. “Karena apa? Karena idenya, idealismenya. Bahwa kita akan menjadi sebuah negara berdaulat dan merdeka,” kata dia.
Presiden kelima RI itu juga mengenang pengalamannya saat masih menjadi bagian dari PDI, sebelum berubah menjadi PDI Perjuangan. Ia berkisah pernah diperiksa polisi hingga tiga kali dan menjalani interogasi selama belasan jam.
“Waktu itu saya bilang, saya mau ke kantor polisi. Karena saya dipanggil sampai tiga kali, ke kejaksaan juga, sebagai saksi dan diinterogasi. Dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam. Itulah konsekuensi sebagai orang politik,” kata Megawati.
Adapun, Megawati dalam pidatonya juga mengingatkan kader soal loyalitas. Ia meminta anggota partai untuk mengikuti instruksinya dengan kesetiaan. Menurut dia, kader PDIP yang tidak siap menjalankan perintahnya sebaiknya mundur. “Kalau tidak siap, sekali lagi, ya, lebih baik mundur secara ksatria,” tutur Megawati.
Megawati terpilih kembali menjadi Ketua Umum PDIP dalam rapat kerja nasional atau rakernas yang digelar pada 2024. Kemudian, Kongres VI PDIP pada Agustus 2025 ini mengukuhkan kembali Megawati Soekarnoputri untuk memimpin partai banteng periode 2025-2030. Pada hari pertama kongres, 1 Agustus 2025, Megawati mengambil sumpah dan sudah secara resmi kembali menempati posisi ketua umum.
Megawati mengatakan menerima jabatan ketua umum itu tidak dengan kegembiraan, tapi dengan perenungan lantaran amanah dan tanggung jawab jabatan itu merupakan beban sejarah. “Saya bukan ketua umum untuk dilayani. Saya adalah ketua umum supaya saya selalu dipercaya untuk menjaga api ideologi agar tidak padam,” ujar dia.