Danau panas tersebut berisi lava semi permanen yang membentang sekitar 250 meter pada kedalaman 600 meter, danau ini bagaikan kolam magma panas yang sangat berbahaya.
Dilansir IFL Science, sebagai bagian dari Pegunungan Virunga, gunung ini berada di dalam area Taman Nasional Virunga, Situs Warisan Dunia UNESCO, dekat dengan kota Goma di bagian timur Republik Demokratik Kongo.
Ada delapan gunung berapi aktif membentang di pegunungan Virunga yang meletus secara berkala setiap tahunnya. Gunung Nyiragongo bergabung dengan Gunung Nyamuragira sebagai gunung berapi paling aktif di Afrika, menurut UNESCO.
Pasangan gunung berapi yang sangat aktif ini terkenal karena aliran lava basaltiknya yang sangat cair, sehingga letusannya sangat berbahaya karena lava dapat bergerak dengan kecepatan 60 kilometer per jam.
Hal ini dibuktikan dengan letusan mematikan pada 2002, mengakibatkan puluhan korban jiwa dan hampir 500.000 warga Kongo mengungsi akibat retakan di sepanjang lereng selatan yang membuat lava mengalir ke lingkungan sekitar.
Lava yang bocor sangat berbahaya karena kandungan silikanya rendah dan ikatan silikon oksigen yang kuat biasanya membuat lava tebal dan bergerak lambat. Lava yang mengalir deras bertanggung jawab atas 90% kematian yang tercatat pada abad ke-20.
Gunung Nyiragongo menjadi salah satu gunung berapi paling berbahaya di dunia karena aktivitasnya yang tinggi dan aliran lava super cepat yang dapat mengalir ke sekitar gunung. Oleh karena itu, para peneliti terus memantau aktivitas gunung ini untuk mendapatkan peringatan sedini mungkin ketika terjadi hal yang berpotensi berbahaya.
Danau lava dicirikan oleh lava cair dalam jumlah besar, yang berarti lava tidak membeku, sehingga tampak berasap di siang hari sebelum menyala di malam hari dengan semburat jingga.
Di balik keganasannya, Gunung Nyiragongo juga menyimpan sejumlah keindahan alam yang menakjubkan. Gunung ini dikelilingi hutan dataran rendah yang menjadi rumah bagi beragam hewan, termasuk simpanse, monyet, burung, hingga reptil bertanduk tiga.
Reporter: Muhammad Ardyansyah