Jakarta (ANTARA) - Fenomena haus validasi semakin marak di era media sosial, di mana banyak orang mencari pengakuan eksternal untuk merasa berharga. Kebutuhan ini sering muncul dari keinginan untuk mendapatkan perhatian, pujian, atau pembenaran dari orang lain.
Perilaku ini, jika tidak disadari, dapat mengganggu kesehatan mental dan menghambat kebahagiaan sejati. Ketergantungan pada penilaian orang lain dapat membuat seseorang sulit menghargai dirinya sendiri dan kehilangan kebebasan dalam menentukan nilai pribadi.
8 tanda orang haus validasi
1. Mencari pengakuan lewat media sosial
Sering memposting kehidupan, menunggu “like” dan komentar sebagai sumber kebahagiaan. Jika tak mendapat respons, merasa gagal dan tidak berharga.
2. Terus membandingkan diri dengan orang lain
Selalu merasa kurang karena kehidupan orang lain terlihat “lebih baik.” Hal ini dapat memicu rasa iri dan rendah diri.
Baca juga: Sucofindo sediakan layanan validasi perhitungan klaim karbon
3. Selalu butuh pujian
Memerlukan sanjungan terus-menerus untuk merasa baik tentang diri sendiri, bahkan jika harus mengorbankan prinsip.
4. Menghindari kritik
Kritik konstruktif dianggap ancaman karena dianggap merusak citra diri, sehingga menolak saran meski positif.
5. Berusaha menyenangkan semua orang (people pleaser)
Demi mendapat penerimaan, sering mengesampingkan kebutuhan sendiri, takut ditolak atau tidak disukai.
6. Tidak puas dengan pencapaian sendiri
Selalu merasa pencapaian kurang dan terus mencari validasi eksternal. Sulit merasa bangga pada diri sendiri.
7. Takut menjadi diri sendiri
Hidup dengan membentuk persona demi diterima orang lain. Ketakutan diejek atau ditolak memaksa menyembunyikan jati diri.
8. Mudah terpengaruh pendapat orang lain
Mengubah pandangan, tindakan, bahkan impian demi memenuhi ekspektasi orang lain menghilangkan rasa jati diri.
Baca juga: Tahapan verifikasi dan validasi rekening guru di laman Info GTK
Penyebab orang haus validasi
1. Harga diri rendah dan kurang validasi dalam diri maupun dari sekitar
Ketika seseorang merasa diabaikan atau tidak didengar, ia cenderung mencari pengakuan dari luar.
2. Pengalaman masa kecil yang kurang seimbang dalam validasi
Kekurangan atau kelebihan pujian saat kecil dapat membentuk pola bahwa validasi eksternal menjadi kebutuhan mendasar.
3. Merasa kesepian, cemburu, atau gangguan kepribadian tertentu
Keadaan emosional ini meningkatkan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain.
Baca juga: UNESCO validasi ulang status 'geopark' dua gunung di NTB
Cara mengatasi kecenderungan haus validasi
1. Mulai dengan mengakui perasaan haus validasi
Sadari bahwa kamu mencari pengakuan eksternal, identifikasi konteksnya, dan pahami perilaku ini sebagai langkah pertama menyembuhkan.
2. Bangun validasi dari dalam (self-validation)
Gunakan afirmasi positif seperti “Saya kuat,” atau “Saya percaya diri.” Meditasi dan yoga juga efektif untuk membentuk ketenangan batin.
3. Berlatih mengatakan tidak
Tolak permintaan yang tidak kamu inginkan atau mampu lakukan, mulai dari hal kecil untuk menjadi lebih tegas.
4. Kelilingi diri dengan lingkungan yang mendukung
Teman dan komunitas yang menghargai tanpa syarat membantu membangun rasa aman dan mengurangi kebutuhan validasi eksternal.
5. Kurangi paparan media sosial
Jika media sosial memicu perbandingan, beri jeda, matikan notifikasi, atau ambil “waktu jauh” untuk pemulihan mental.
Baca juga: Puteri Indonesia: Validasi sosial bisa untuk promosikan keberlanjutan
6. Fokus pada pertumbuhan pribadi dan syukur
Tetapkan tujuan yang sesuai nilai diri sendiri, rayakan pencapaian kecil, dan praktikkan rasa syukur sehari-hari.
7. Tetapkan batasan (boundaries) yang sehat
Hindari keperluan menyenangkan semua orang. Batasi interaksi beracun, dan pilih hubungan yang mendukung.
8. Jadilah autentik hidup apa adanya
Berani tampil menjadi diri sendiri tanpa topeng; ini membantu menarik orang yang benar-benar menghargaimu.
Menurut para pakar psikologi, akar masalah sering terletak pada rendahnya harga diri, pengalaman masa kecil yang tidak seimbang, atau ketergantungan emosional pada lingkungan sosial. Faktor-faktor ini dapat membentuk pola pikir yang membuat seseorang sulit merasa cukup tanpa pengakuan dari orang lain.
Namun, melalui langkah-langkah seperti self-validation, pengelolaan media sosial, afirmasi positif, dan dukungan lingkungan yang sehat, kebiasaan mencari validasi eksternal bisa dikurangi. Kebiasaan ini dapat digantikan dengan kebahagiaan, keteguhan, dan penerimaan terhadap diri sendiri yang lebih kuat.
Mengenali tanda-tanda haus validasi adalah langkah awal penting. Dengan dukungan yang kuat dan pemahaman diri yang mendalam, masa depan yang lebih sehat dan bahagia dapat diraih.
Baca juga: Validasi ilmiah jadi kunci keamanan Aloe Vera
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.